Catatan Meja Hijau



Oleh : Parulian Limbong

Tak seperti biasanya,  hari ini aku lebih cepat bangun bahkan alarm henpon kupasang pukul 4 subuh, hahaha . . . takut telat bangun karena hari ini adalah hari penentuan lulus tidak lulus di bangku kuliahku. Hmm . . . agak takut sih, tapi tetap tenang dan sejenak fokus pada skripsi. Terkadang ingin kubuang ketakutan dan kecemasan di otak tapi tetap saja tak mau pergi seolah sudah betah untuk tinggal nginap disana.


Bergegas seusai mandi langsung kusambar baju putih yg sudah kusiapkan tadi malam ditutup dengan jas pinjaman dan dilengkapi lidah kemeja alias dasi yg hampir memudar dan tak lupa sepatu pansus hitam kebanggaanku. Setelah semua tertata di tubuhku saatnya untuk berangkat.
Pukul 07:30 aku telah tiba dikampus dan belum begitu ramai para mahasiswa yg hadir demikian juga para dosen pembimbing dan dosen penguji. Untuk memanfaatkan waktu kusempatkan menyantap seporsi sarapan pagi, mie balap yg sudah populer di kota medan kini terhuni dalam perut sejengkal ini.

Kini saatnya untuk naik ke lantai 5 untuk mengambil berkas skripsi lalu turun ke lantai 3 tempat kumpul mahasiswa yg hendak sidang. Akhir kata ketua prodi telah selesai memberikan petunjuk dan tata prosedur tertib dalam sidang. Satu persatu dari kamipun diadili pada ruangan-ruangan tertentu yg sudah ditunggu oleh dosen penguji.
Belum sempai sejam satu pintu ruangan terbuka dan keluarlah seorang mahasiswi, bukan dengan senyuman namun dengan tangisan. Setiap insan diantara kami yang memandangnya semakin takut dan semakin memacu laju detak jantung karena takut akan gagal.

Namun adapula yg keluar ruang sidang dengan biasa saja, begitulah mimik wajah kami, cukup bervariasi. Hingga usai makan siang dan istrahat, namaku belum juga dipanggil untuk diadili, hingga selang dua jam namaku secara lengkap dipanggil untuk memasuki ruangan sidang tertentu. Dengan persiapan menenangkan diri kucoba untuk tetap percaya diri untuk menghilangkan rasa grogi dan gemetaran.

Masuk kedalam ruangan dan duduk sendiri di depan seolah seorang artis yg selalu dipandangi para dosen penguji, namun tetap kucoba untuk senyum sembari menghilangkan rasa gemetar ditubuh. Setelah semua terdiam aku coba menyapa dengan mengucap selamat sore dan hantaran kata hormat kepada para dosen penguji. Mempresentasekan isi dari skripsi mulai dari BAB 1 hingga BAB 6 membuatku semakin gemetar dan tetap aku bisa tenang.

Saatnya sesi pertanyaan dari dosen penguji pertama, dengan nada yg cukup pelan aku menjawab seolah jawabanku takut salah, namun dengan senyum itu dosen pun semakin tidak menekan tapi lebih banyak ke pertanyaan umum.
Dilanjutkan oleh dosen penguji dua, hingga semua pertanyaan telah kujawab walaupun jawabanku kurang memuaskan, tapi semuanya berjalan lancar.

Keluar ruangan seolah keluar dari kekangan, kucoba duduk dan mengulas pertanyaan dosen penguji dan akhirnya kuputuskan untuk pasrah menerima hasil pengumuman.

Pukul lima sore lewat 25 menit, bapak kaprodi memasuki ruangan dan membacakan satu persatu nama mahasiswa dan hasilnya. Hingga nama ke tiga puluh namaku belum juga dipanggil namun sudah ada lima orang yang dinyatakan gagal. Hingga nama ke limapuluh empat namaku pun dipangggil, “dengan sangat tidak menyesal anda dinyatakan tidak gagal” demikian ucapan dosen yg memberi pengumuman dan hampir sulit untuk kumengerti. Puji tuhan aku lulus gumamku dalam hati.

Dengan senang hati dan rasa gembira aku maju kedepan untuk memberikan pesan dan kesan disaat dosen mempersilahkan siapa saja yg mau maju. Setelah acaranya usai kami secara bergiliran menyalami para dosen bak antri minyak tanah. Hingga turun kelantai satu dan langsung pulang kerumah kontrakan rasa gembira itu terus menyelimutiku.

Satu dua SMS ku kirim ke mama dan bapak dikampung serta sanak family, merekapun membalasnya dengan mengucapkan “selamat”. Kini telah kurasakan perjuanganku selama empat tahun lebih dalam menuntut ilmu dibangku kuliah sambil bekerja di perusahaan sebuah yayasan pendidikan dan semua perjuanganku tidaklah sia-sia.

Baca juga Inilah Kelemahan Programer Indonesia

Terimakasih Tuhan buat berkatmu yang indah pada waktunya. Itulah kata penutup tulisan ini sebelum aku beranjak ketempat tidur untuk merebahkan badan yg lelah seharian walaupun sepertinya kelelahan itu tidak terasa.

Raihlah cita-citamu selagi kamu masih muda, salam sukses luar biasa.


Post a Comment

Silahkan beri komentar...

Lebih baru Lebih lama