Aek Siboru Pareme di Sianjur Mulamula, Tempat Wisata di Samosir Yang Penuh Dengan Legenda


LIMBONGSON.MY.ID - Aek (air) Siboru Pareme ini berada di Arsam arah ke Singkam di Sianjur Mulamula.


Saat saya berada dilokasi, aliran air sudah tidak adalagi terlihat, mungkin ada perbaikan.


Mengunjungi Sianjur Mulamula, tidak saja menikmati kekayaan alam yang sangat indah, tetapi banyak kisah-kisah sejarah atau legenda kebudayaan Batak bermula disana, menarik untuk diketahui.


Dalam legenda orang Batak, kisah Siboru Pareme adalah unik.


Konon Raja Sariburaja yang sudah dewasa memiliki hubungan gelap dengan saudara perempuannya yang adalah adik kandungnya sendiri, Siboru Pareme.


Hubungan gelap ini (incest) menyebabkan Siboru Pareme berbadan dua (mengandung).


Dan akhirnya mereka berdua melarikan diri dari Sianjur Mulamula karena merasa malu.


Siboru Pareme akhirnya melahirkan Raja Lontung ditempat pelariannya ditengah tombak (hutan).



Kisah berikutnya adalah Siboru Pareme meyakini bahwa Raja Lontung tidak akan mendapatkan jodohnya, sehingga Siboru Pareme mengatur sedemikian rupa agar Raja Lontung pergi kesuatu tepian Danau Toba dan akan menemui jodohnya yang sangat mirip dengan ibunya (yang sesungguhnya adalah ibunya sendiri yang menyamar).


Akhirnya Raja Lontung ketemu dengan yang mirip ibunya (sesungguhnya adalah ibunya), singkat cerita mereka menikah.


Dengan kata lain, Siboru Pareme telah dua kali melakukan kawin (menikah) sumbang.


Bila kita ikuti cerita lisan, banyak hal menarik dari kisah Siboru Pareme ini.


Pertemanannya dengan Babiat (harimau) ketika melarikan diri, bahkan konon harimaulah yang menolong persalinan Siboru Pareme, dan kisah-kisah lainnya yang mengikuti cerita tentang silsilah marga-marga.


Ayo ke Sianjur Mulamula, Pusuk Buhit, Samosir. (Hasudungan Limbong)

*****************************

Penjelasan Jems Limbong

Jems Limbong | PotoAkun Facebook Penulis


Nah...Saya tertarik atas hal ini, baiklah untuk dipublikasikan, Saya termasuk saksi sejarah ini, karena diera saya SMP ketika itulah arsam berubah total menjadi tempat yg lebih asri.


Tahun 1977 Arsam dikelilingi tumbuhan alo-alo (nisal berduri), gedung SMA belum ada dan area itulah toilet berjalan utk perempuan, dan arah ke Singkam toilet berjalan pria.


Dan disitulah batu konon katanya marhusip Sariburaja dan Boru Pareme (dalam gambar telah dibangun rumah-rumahan) dan disampingnya ada tala-tala (kolam tempat kubangan kerbau) dan kesebelah lapangan lagi disitulah seram alo-alo semua.


Itulah kami babat semua, jadi kami sekolah pada saat itu kayak romusha, yang tidak membawa cangkul dihukum dengan mengangkat batu untuk tembok parit.


Setiap ada mata pelajaran yang tidak masuk guru, jadi kerja bakti dan les olah raga, walaupun les terakhir pukul 13.00 wib (jam 1 siang), walaupun sudah habis tenaga makan gadong singali-ngali (singkong), wajib kerja bakti.


Disinilah saya fakta sejarah mata air yang ada itu, ikutlah saya menggali dan menembok pakai batu berbentuk sumur yang belakangan ini baru tau disebut jadi Aek Boru Pareme.



SMP Arsam makin asri ketika itu direktur SMP yg kejam marga Manalu, saya lupa namanya.


Sekira tahun 1978 kami dikunjungi Yayasan HKI Tarutung dengan membawa 500-an (limaratusan) muridnya, gedung SMP kami sulap menjadi tempat nginap.


Mereka hadir ketika itu, lapisan batu hobon terbuka dan mereka masukkan sidia kala.


Itulah yang saya alami fakta sejarah, konon lagi ketika itu pembukaan jalan dari Arsam ke Singkam yang giliran bawa cangkul harus membersihkan jalan yang terhalang, perintah guru dari Singkam CJ. Sinaga.


Maaf saya klarifikasi sejarah Saribu raja.


Ketika pesta peresmian Tugu (Rumah Persaktian) Guru Tatea Bulan, sebenarnya sudah diluruskan tetang sejarah bahwa Saribu Raja dan Boru Pareme bukan diusir dari Limbong.


Perkawinan saudara kandung yang mereka lakukan yang membuat mereka merasa malu maka pergi dari kampung.


Dan Batu Hobon adalah tinamborni ompungta Guru Tatea Bulan, jadi sude hita (semua kita) pomparan Guru Tatea Bulan berhak memiliki.


Ido waktui keputusan (itulah kesepakatan waktu itu), bersama Ketua Sabar Pasaribu, Sekretaris Washington P. Limbong.


Au sisuruon ni sekjen ajudanlah (Saya sebagai ajudan sekretaris), setelah itu saya tak pernah lagi menelusuri budaya, horas...(Jems Limbong)



2 Komentar

Silahkan beri komentar...

  1. Horas amang. Saya marga Lumbantobing dari Tarutung. Saya iseng2 cari info perjalanan (long march)rombongan Yayasan HKI Tarutung ke daerah Sianjur Mula-mula dan ketemu tulisan amang ini. Saya adalah anak bungsu dari MP. Lumbantobing ketua yayasan HKI Tarutung saat itu yang datang ke Sianjur Mula-mula dengan ratusan siswa dan menutup Batu Hobon yang waktu itu dalam keadaan terbuka.

    BalasHapus
  2. Amang Lumbantobing anak bungsu MP Lumbantobing kah? Boleh dong bagi WhatsApp untuk bahan narasumber. Trimakasih

    BalasHapus

Posting Komentar

Silahkan beri komentar...

Lebih baru Lebih lama