LIMBONGSON.MY.ID - Mengingat kembali sapaan yang kerap dilontarkan siswa kepada Bapak/Ibu guru di kampung saya tepat nya di Desa Sipakpahi Aek Lobu, Kecamatan Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah.
Jika dikampung, Bapak/Ibu guru selalu dipanggil sesuai marganya. Misalnya, nama guru sejarah saya, Bapak Fahri Harahap, kami panggil Pak Harahap, Ibu Elfrida Silaban kami panggil Ibu Silaban.
Jika dikampung, Bapak/Ibu guru selalu dipanggil sesuai marganya. Misalnya, nama guru sejarah saya, Bapak Fahri Harahap, kami panggil Pak Harahap, Ibu Elfrida Silaban kami panggil Ibu Silaban.
Bukan hanya disitu saja, dibeberapa sekolah yang saya temui di Medan juga kerap menjumpai hal yang sama. Namun, peristiwa ini sedikit berbeda dengan beberapa orang yang saya jumpai di kampus, tempat tongkrongan dan tempat lain di Medan.
Mungkin Anda Tertarik: Bakti Sosial, Naposo Naimarata Medan Mengunjungi Ibu Lasma Boru Manik Yang Terkena Tumor Kerongkongan
Apa yang saya jumpai? Kerap saya jumpai orang yang namanya beberapa "suku kata" ketika menulis nama menyingkat marganya bahkan banyak ketika berkenalan hanya menyebutkan nama saja tidak disertai marga, bahkan ada yang sama sekali tidak menuliskan marga dalam identitas pribadinya.
Terlihat sangat sepele, tapi bagi saya itu hal yang serius. Ini adalah pandangan saya sebagai bagian dari salah satu puak suku Batak yaitu Batak Toba. Sebagai seorang Batak, saya memandang bahwa marga sangat penting karna menggambarkan siapa saya.
Mungkin Anda Tertarik: Istri Bupati Sumba, Merliaty Simanjuntak Terjun ke Lumpur Selamatkan Korban Banjir
Dengan menuliskan marga di identitas orang langsung tau kalau saya Batak dan saya bangga ketika orang lain tahu bahwa saya Batak. Mengapa harus malu dengan marga, padahal itu adalah anugerah dari sang pencipta.
Terlahir menjadi Batak, artinya diberi kekayaan sebagai Batak dan diberi kewajiban untuk melestarikan budaya Batak. Karna budaya Batak adalah anugerah. Lalu kenapa harus menyembunyikan identitas sebagai Batak.
Mungkin Anda Tertarik: Perkumpulan Naposo Naimarata Medan Kunjungi Pak Albon Lubis yang Terbaring di RS. Sari Mutiara Setelah diselamatkan usai Kecelakaan di depan Kantor DPRD Sumut
Cara bersyukur yang paling tepat saya rasa adalah dengan memaksimalkan yang sudah diberi pada diri kita. Jadi mari tetap bangga jadi Batak dan mari melestarikan Budaya Batak, Marga Batak, Bahasa Batak, Aksara Batak dan banyak lagi.
Mauliate
Horas
Horas
Oleh: Rollis Parlin Manik (Mahasiswa Universitas Negeri Medan, Pendidikan Ekonomi)
Editor: Admin
Mantap
BalasHapusPosting Komentar
Silahkan beri komentar...