Ditulis oleh : Parulian Limbong
Berawal dari membaca Koran hingga menjadi pelanggan Koran yang setia,
menonton berita di televisi, browsing di internet, hampir semua kalangan
masyarakat terlebih yang tinggal di daerah perkotaan dapat melakukan
hal tersebut termasuk saya.
Baca juga Cerita Anak Kost
Goncang-gancing perekonomian, melemahnya rupiah, adalah hal yang mungkin masih awam untuk dimengerti kebanyakan masyarakat kalangan menengah kebawah. Mereka tidak akan peduli akan kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika, yang paling melekat dibenak mereka adalah bekerja pagi pulang petang bawa uang untuk hidup anak istri dirumah.
Baca juga Cerita Anak Kost
Goncang-gancing perekonomian, melemahnya rupiah, adalah hal yang mungkin masih awam untuk dimengerti kebanyakan masyarakat kalangan menengah kebawah. Mereka tidak akan peduli akan kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika, yang paling melekat dibenak mereka adalah bekerja pagi pulang petang bawa uang untuk hidup anak istri dirumah.
Walaupun mereka tidak mengerti lobi-lobi politik yang dipamerkan para
pejabat namun mereka masih saja mau menonton berita setidaknya untuk
menilai seorang pejabat yang memang pro rakyat atau kontra rakyat.
Terkadang mereka memuji seorang pejabat melalui tayangan televisi (seperti Ahok, Jokowi, Rizal Ramli) terkadang juga mereka menghujat seorang pejabat lain yang terkena kasus negatif seperti korupsi
(seperti Mantan Gubsu).
Baca juga Catatan Meja Hijau
Masyarakat awam adalah polos dan tidak begitu mengerti akan alur cerita mulai dari saksi hingga tersangka, yang mereka tau hanyalah bahwa korupsi itu perbuatan tercela, dosa, pengisap darah rakyat, sehingga masyarakat sangat benci bahkan tidak segan-segan mengeluarkan kata-kata sebagai simbol kekecewaan terhadap seorang pejabat tersebut (koruptor_red).
Baca juga Catatan Meja Hijau
Masyarakat awam adalah polos dan tidak begitu mengerti akan alur cerita mulai dari saksi hingga tersangka, yang mereka tau hanyalah bahwa korupsi itu perbuatan tercela, dosa, pengisap darah rakyat, sehingga masyarakat sangat benci bahkan tidak segan-segan mengeluarkan kata-kata sebagai simbol kekecewaan terhadap seorang pejabat tersebut (koruptor_red).
Masyarakat biasa bukanlah hakim yang mampu mencebloskan langsung seorang
koruptor kedalam sel atau menganiaya terlebih dahulu seperti yang
mereka lakukan terhadap seorang begal perampok motor. Mereka hanyalah sebagai penonton akan kasus-kasus korupsi para pejabat
yang sengaja diberitakan media baik televisi, koran, web, dll.
Kekecewaan yang mendalam akan menimbulkan anti orang tersebut (pejabat_red) bahkan mereka sering memperbincangkannya sembari menikmati segelas cangkir kopi panas di warkop (saya juga sering), walaupun ujung dari perbincangan itu akan semakin melebar tak tentu arah, heheh . .
Kekecewaan yang mendalam akan menimbulkan anti orang tersebut (pejabat_red) bahkan mereka sering memperbincangkannya sembari menikmati segelas cangkir kopi panas di warkop (saya juga sering), walaupun ujung dari perbincangan itu akan semakin melebar tak tentu arah, heheh . .
Koruptor adalah sebutan buat seseorang yang melakukan
tindakan korupsi, disimbolkan dengan binatang tikus yang sangat
menjijikkan demikianlah masyarakat menilai koruptor si tikus berdasi.
Ketika media mengabarkan bahwa si terdakwa menjadi tersangka dengan
bukti-bukti yang nyata, ada rasa sesuatu kepuasan tersendiri di mata
masyarakat.
Artinya bahwa si hama(tikus berdasi) akan diberantas dan masyarakat semakin mengikuti alur cerita dalam sebuah kasus korupsi yang memunculkan aktor-aktor lain selain satu orang tersangka terdahulu.
Baca juga Catatan Wisuda
Sepertinya masyarakat sedikit puas akan kerja komisi pemberantasan korupsi (KPK) walaupun terkadang ada kasus yang divonis bebas, sedangkan menurut masyarakat awam, itu sebuah permainan sehingga kpk menjadi pembicaraan di warkop.
Artinya bahwa si hama(tikus berdasi) akan diberantas dan masyarakat semakin mengikuti alur cerita dalam sebuah kasus korupsi yang memunculkan aktor-aktor lain selain satu orang tersangka terdahulu.
Baca juga Catatan Wisuda
Sepertinya masyarakat sedikit puas akan kerja komisi pemberantasan korupsi (KPK) walaupun terkadang ada kasus yang divonis bebas, sedangkan menurut masyarakat awam, itu sebuah permainan sehingga kpk menjadi pembicaraan di warkop.
Masyarakat tetaplah masyarakat, pandangan mereka bias salah namun
terkadang lebih sering benar, oleh karena itu ada sebuah ungkapan “Oleh
rakyat, Dari rakyat, dan Untuk rakyat” itulah Demokrasi.
(Penulis adalah mahasiswa disalah satu perguruan tinggi swasta di Medan)
Posting Komentar
Silahkan beri komentar...